Ibrahim Fattah : Relasi Sosial Dan Relasi Kuasa

Mereka yang pro atau kontra dengan agenda perubahan yang diadvoasi oleh LSM, bisa tiba-tiba ada aktor yang tampil sebagai pendukung atau penghalang agenda perubahan. Mengapa bisa demikian?. Boleh jadi karena aktor kunci itu mendapat atau tidak mendapat dukungan masyarakat. Bisa juga karena atasannya orang yang berintegritas atau sebaliknya. Pola relasi kuasa sangat dinamis perubahannya.

Dalam melakukan advokasi perubahan kebijakan atau bekerja untuk merubah perspektif pada isu-isu tertentu, membutuhkan kerja tim dan membangun jejaring yang luas. Hasilnya tidak bisa cepat dicapai, tergantung pada kualitas prosesnya. Mengingat medan advokasi penuh tantangan dan dinamika, maka LSM yang mendorong kebijakan itu harus punya trust atau kepercayaan dari pemerintah setempat.

Relasi sosial dan relasi kuasa terjadi secara vertikal dan herizonal. Mba Yenni dari Inklusi Jakarta mengajukan pertanyaan kepada lembaga mitra BaKTI, bagaimana program ini dibawa ke komunitas agar terjadi keberdayaan pada kelompok konstituen (KK)?, seperti apa impian KK dan lembaga mitra ke depan?, peningkatan kapasitas apa yang perlu diberikan kepada KK dan lembaga mitra?.
Impian KK ingin melihat warga desa/kelurahan hidup mandiri dan KK menjadi organisasi yang kuat.

Pengorganisasian KK kini semakin membanggakan, tidak sedikit diantaranya yang sudah menjadi pemimpin di desa/kelurahan, mereka sudah bisa mengakses layanan yang ada di OPD atau mereka bisa menyampaikan aspirasi warga kepada anggota DPRD. Pemaknaan hak warga semakin terinternalisasi.

Lembaga mitra juga diharapkan semakin kuat kapasitas personalnya dan kakapsitas kelembagaannya agar mampu menangkap peluang kerjasama dengan lembaga lain yang sevisi.