Monitoring secara berkala kepada hewan rentan (sapi bali) di sekitar lokasi kasus juga perlu dilakukan dengan cara surveilans klinis disertai pengambilan sampel untuk mendeteksi dini dan pemetaan kasus penyakit, serta mengoptimalkan vaksinasi dengan persedian vaksin yang tersedia.
Wildana juga mengatakan, jika petugas terus melakukan pembaharuan data perkembangan kasus dan melaporkan ke iSIKHNAS, membuat pemetaan lokasi untuk persiapan penentuan zona vaksinasi di wilayah yang berbatasan dengan lokasi kasus.
“Melakukan penguburan terhadap hewan yang mati (bangkai) disertai desinfeksi maupun dekontaminasi untuk mencegah penyebaran penyakit, melakukan lokalisasi penggembalaan ternak serta mengawasi pergerakan lalu lintas ternak untuk mencegah penyebaran penyakit lebih luas dari wilayah kasus,” imbuhnya.
penyakit jembrana, kata Wildana, menyerang khususnya sapi bali yang diakibatkan oleh virus, tidak menyerang dan menular kepada manusia.
Untuk gejala klinis yang nampak timbul seperti pembengkakan limponodus superfisial, demam, kurang nafsu makan, jika sudah parah disertai diare berdarah dan keringat darah.
“Namun tidak ada dampak jika dikonsumsi selama ditangani dan dimasak dengan baik dan benar,” katanya.