Parepare, Portal — Berdasarkan sistem E-PPBGM atau Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi berbasis Masyarakat, prevalensi stunting di Kota Parepare menunjukkan penurunan signifikan selama lima tahun terakhir.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kesehatan Parepare, Rahmawati, Kamis (26/10/2023).
“Untuk data stunting berdasarkan E-PPBGM, pada tahun 2019 mencapai 33,58 persen, 2020 capai 32,11 persen, 2021 capai 18,49 persen, 2022 capai 13,79 persen, dan tahun 2023 kembali turun menjadi 8,7 persen,” katanya.
Sementara, lanjut dia, data dari hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), angka stunting di tahun 2019 sebesar 27,90 persen, di tahun 2022 tidak dilaksanakan survei karena covid, tahun 2021 turun menjadi 24,8 persen, dan tahun 2022 naik 27,1 persen. Sedangkan tahun 2023 masih menunggu hasil SKI.
Menurut Rahmawati, Dinas Kesehatan sebagai bidang indikator sensitif bertanggungjawab atas akses sanitasi layak, jaminan kesehatan, Paud, Kb, bantuan sosial, rumah sehat, ketahanan pangan keluarga, dan keragaman pangan balita.
Terpisah, Kepala Bidang Pengendalian Penduduk, Penyuluhan dan Penggerakan DPPKB Parepare, Maemuna menjelaskan, jika pihaknya telah melakukan sejumlah program edukasi dalam upaya pencegahan dan penurunan angka stunting.
“Kita laksanakan program KIE dengan tujuan meningkatkan pengetahuan masyarakat terkait keamanan pangan dengan menyasar keluarga yang berisiko, ada program BAAS atau Bapak Asuh Anak Stunting, serta program Tim Pendamping Keluarga (TPK),” jelasnya.
Maemuna mengatakan, untuk TPK di Kota Parepare sebanyak 351 orang, yang terdiri dari 117 kader PKK, 117 kader KB, dan 117 tenaga kesehatan. Hasil dari tim pendamping ini nantinya akan dimasukkan dalam aplikasi Elsimil.
“Ada empat sasaran yang kita dampingi, yaitu keluarga baru, calon pengantin, ibu menyusui dan ibu hamil,” tandasnya.