Opini : Menggali Makna Dibalik Interaksi Sosial Virtual dan Realita di Lembaga Pendidikan

Oleh : Nurul Hikmah Bakri dan Hilda Juliatri

Parepare, Portal — Interaksi sosial dalam lingkup lembaga pendidikan telah mengalami perubahan signifikan seiring dengan kemajuan teknologi. Munculnya platform virtual dan media sosial telah membuka jalan bagi interaksi yang lebih luas, tetapi juga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap hubungan sosial di dunia nyata. Sebagai contoh, di lingkungan pendidikan, kita dapat melihat dinamika yang berkembang antara interaksi sosial virtual dan realita.

Dalam era di mana koneksi internet dan perangkat digital menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, interaksi sosial di lembaga pendidikan pun terpengaruh secara signifikan. Mahasiswa, guru, dan staf administratif semakin menggantungkan diri pada komunikasi virtual melalui platform pembelajaran online, forum diskusi, dan media sosial. Namun, apakah interaksi semacam itu memberikan nilai tambah atau justru mengurangi kualitas hubungan sosial di antara mereka?

Dalam kenyataannya, interaksi sosial virtual dan realita di lembaga pendidikan memiliki aspek positif dan negatif. Di satu sisi, platform pembelajaran online memungkinkan mahasiswa untuk terlibat dalam diskusi dan kolaborasi tanpa batas ruang dan waktu. Ini memfasilitasi pertukaran ide dan pemikiran antara individu dengan latar belakang yang berbeda, menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan dinamis.

Namun, di sisi lain, kecenderungan untuk lebih banyak terlibat dalam interaksi virtual dapat mengurangi interaksi langsung di dunia nyata. Mahasiswa mungkin lebih cenderung berkomunikasi melalui pesan teks atau email daripada berbicara langsung. Hal ini dapat mengurangi kemampuan mereka dalam berkomunikasi secara efektif secara lisan dan membangun keterampilan sosial yang diperlukan di dunia kerja.

Selain itu, fenomena cyberbullying juga menjadi risiko serius di kalangan mahasiswa. Dalam lingkungan virtual, kejadian ini dapat terjadi tanpa ada kontrol langsung dari pihak pengawas atau guru. Oleh karena itu, lembaga pendidikan perlu memperhatikan perlindungan terhadap mahasiswa dari dampak negatif interaksi sosial virtual.

Sebagai solusi, lembaga pendidikan dapat mengembangkan pendekatan yang seimbang antara interaksi sosial virtual dan realita. Penggunaan platform pembelajaran online bisa dioptimalkan, tetapi diimbangi dengan kegiatan sosial di dunia nyata seperti seminar, lokakarya, dan kegiatan kelompok. Ini dapat membantu memperkuat ikatan sosial antara mahasiswa, guru, dan staf.

Selain itu, edukasi mengenai etika berkomunikasi online dan pencegahan cyberbullying juga perlu menjadi bagian integral dari kurikulum. Dengan demikian, mahasiswa akan dilengkapi dengan pemahaman yang lebih baik tentang cara berinteraksi secara positif dalam dunia maya.

Secara keseluruhan, menggali makna di balik interaksi sosial virtual dan realita di lembaga pendidikan menuntut kesadaran akan tantangan dan peluang yang terkait. Dengan pendekatan yang cermat dan seimbang, lembaga pendidikan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan sosial, intelektual, dan emosional mahasiswa, mempersiapkan mereka untuk menghadapi tuntutan dunia yang terus berubah.