Selain itu, TQ menyebutkan pentingnya Parepare sebagai pusat kegiatan administratif di wilayah Ajatappareng, dengan potensi besar yang dimilikinya.
“Di sebelah utara kita (Parepare) berbatasan dengan Barru, di sebelah selatan berbatasan dengan Pinrang, di tenggara kita berbatasan dengan Sidrap, dan di sebelah barat kita berbatasan dengan selat Makassar, potensi besar luar biasa. Kita dikelilingi oleh kota satelit yang menopang Parepare,” tegasnya.
Karena itu, dia optimistis Parepare bisa menjadi kota satelit untuk daerah seperti Ibu Kota Nusantara (IKN).
“Sehingga itu Parepare dikatakan, kota Bandar Madani. Itulah kenapa Parepare dikatakan kota niaga. Ini harus diperbaiki,” ujarnya.
TQ menyerukan pentingnya peran profesionalisme di pemerintahan, yang dianggapnya memiliki keunggulan dalam merumuskan strategi dan mencapai target. Dia menekankan filosofi kolaborasi dari Kalla, bahwa kesuksesan bukanlah tentang mengalahkan pesaing, tetapi tentang kemajuan bersama.
“Bagaimana anda bisa mencapai target 70 unit perbulan. Kita sudah 48 persen marketplace. Sudah 48 dari 100 mobil sudah merek Toyota. Apa kita tega membuat merek lain tidak menjual, sementara kita menang sendiri. Tidak bisa, kita harus maju bersama, begitu filosofi Kalla,” harapnya.
Namun, TQ juga mengakui bahwa tantangan utama dalam meningkatkan pangsa pasar bukanlah hanya masalah penjualan mobil atau dedikasi terhadap merek, melainkan juga ukuran pasar yang relatif kecil.
Apalagi kata dia, Parepare, dengan luas wilayah 99,33 kilometer persegi dan penduduk sekitar 130 ribu jiwa, dan APBD nya Rp 1 Triliun memerlukan strategi yang inovatif dalam menggerakkan potensi ekonominya.
“Peningkatan pasar memerlukan langkah-langkah strategis dari pemerintah daerah, bukan semata-mata tanggung jawab kepala cabang. Kepala Cabang tidak punya kemampuan untuk itu, bukan soal kompetensi, tetapi persoalan otoritas tugas dan kewenangannya tidak ada pada itu. Namun yang bertugas untuk itu, adalah pemerintah daerah,” tandasnya.