Meski demikian, TQ mengingatka, jika pertumbuhan ekonominya tinggi dan tidak dibackup dengan sumber daya alam (SDA) pasti akan terjadi inflasi besar-besaran.
“Di Parepare begitu, kita bukan daerah pertanian, tambang, bukan perternakan. Kita hanya mengandalkan UMKM. Itulah mengapa inflasi tinggi. Teori inflasi itu adalah, jumlah arus uang lebih banyak daripada arus barang,” jelasnya.
Karena itu, dia menjelaskan, mestinya jika pertumbuhan ekonomi tinggi dengan harga barang yang naik, tidak masalah. “Tetapi kenapa orang Parepare banyak, tidak bisa menyelesaikan persoalan-persoalan kebutuhannya. Itu karena, disebabkan angka ketimpangan yang tinggi, angka pemerataan yang tidak bagus. Ini persoalannya, ada pada tata kelola pemerintahan,” ucapnya.
Selain itu, TQ juga memaparkan bisnis dalam islam. Menurutnya, bagaimana visi-misi itu bisa berkembang, apa modal utama agar bisa berbisnis adalah kepercayaan, skill dan modal.
“Olehnya itu, salah satu yang menjadi motivasi bagi saya, bagaimana membangun ekonomi Parepare ini, dengan tujuan rida keridhaan Allah SWT,” jelasnya.
TQ menambahkan, Parepare adalah kota transit dan destinasi. Apalagi, Parepare menjadi buah bibir. “Pertama adalah, kita diapit oleh banyak komponen. Di sebelah utara kita berbatasan dengan Pinrang, di sebelah kita berbatasan dengan Barru, di timur kita berbatasan dengan Sidrap, di sebelah barat Parepare berbatasan dengan selat Makassar,” kata TQ.
Dia pun menyampaikan, untuk membangun ekonomi Parepare harus mengedepankan ekonomi kelautan.
Apalagi, Parepare memiliki laut dalam, sehingga berbagai ukuran kapal bisa berlabuh di Parepare. “Inilah sekaligus potensi. Kita memiliki letak strategis, sebagai kota satelit, atau kota penyangga, bisa ambil pangan dari Sidrap, Polman dan Barru. Apalagi, Parepare menuju ke IKN hanya butuh 16 jam. Berbanding dengan Surabaya, kalau produknya dari Surabaya itu butuh dua hari untuk sampai ke IKN,” jelas TQ.