Sementara itu, keberhasilan program ini telah menarik minat daerah tetangga yang juga meminta dibangunkan reaktor biogas. Namun, realisasinya masih terkendala beberapa hal, termasuk musim panen yang menghambat tim untuk berangkat ke lokasi. “Kami dapat kunjungan dari Enrekang dan Sidrap yang meminta dibangunkan reaktor untuk peternak di sana,” tambah Firman.
Program ini tidak hanya berfokus pada energi, tapi juga pengelolaan limbah secara menyeluruh. Limbah hasil produksi biogas dimanfaatkan sebagai pupuk oleh petani, sementara limbah pertanian dijadikan pakan alternatif bagi ternak. “Target kami di tahun 2025 adalah mencapai zero waste di Kelurahan Watang Bacukiki,” tegas Firman.
Dukungan Pemerintah dan Manfaat Nyata bagi Warga
PJ Wali Kota Parepare, Akbar Ali, menyampaikan apresiasi atas inovasi ini. “Ini bentuk kontribusi hubungan timbal balik antara pemerintah dan Pertamina dengan pemberdayaan masyarakat sekitar. Semoga bisa menjadi adopsi dan direplikasi oleh wilayah lainnya,” ujarnya.
Camat Bacukiki, Saharuddin, melihat potensi pengembangan yang besar. “Di wilayah Watang Bacukiki tercatat 30 warga yang melakukan kegiatan penggemukan sapi. Artinya, potensi penambahan reaktor biogas baru masih bisa dilakukan,” jelasnya.
Jamal, Ketua Kelompok Ternak Tangguh, menjelaskan proses pengolahan limbah tersebut. “Kotoran sapi dari kandang langsung dialirkan ke reaktor melalui saluran yang telah disiapkan. Di dalam reaktor, kotoran sapi diolah secara otomatis sehingga menghasilkan biogas,” ujarnya.