Pelatihan Kemandirian untuk Warga Binaan, Diharapkan Jadi Bekal Ilmu saat Bebas

Masing-masing paket diikuti oleh 16 warga binaan yang menunjukkan antusiasme tinggi selama proses pembelajaran.

Riki Ardiyanto, salah satu instruktur, menjelaskan metode pelatihan yang digunakan. “Kami menerapkan 70% praktik langsung, sehingga para peserta dapat lebih cepat menangkap dan mengaplikasikan apa yang telah dipelajari,” jelasnya.

Sementara itu, Adriyani, instruktur pelatihan menjahit, mengungkapkan tantangan yang dihadapi. “Kami melatih dasar-dasar pembuatan baju dan rok. Meskipun ada kesulitan karena beberapa warga binaan masih sulit menangkap materi, kami terus memberikan contoh dan bantuan agar mereka lebih paham,” tuturnya.

Totok Budiyanto berharap pelatihan ini dapat menjadi bekal berharga bagi para warga binaan saat mereka kembali ke masyarakat. “Dengan keterampilan dan sertifikat yang dimiliki, kami berharap mereka dapat membuka usaha sendiri dan menjadi lebih mandiri,” tambahnya.

Kepala Lapas juga menyerukan dukungan dari pemerintah daerah Kota Parepare. “Kami berharap pemerintah daerah dapat memberikan respon positif dengan membantu para mantan warga binaan yang telah bebas, misalnya dengan memberikan bantuan peralatan sesuai dengan sertifikat pelatihan yang telah mereka peroleh,” pungkasnya.

Inisiatif ini menunjukkan komitmen Lapas Kelas IIA Parepare dalam mempersiapkan warga binaannya menghadapi kehidupan pasca tahanan, memberikan mereka kesempatan kedua untuk berkontribusi positif kepada masyarakat dan keluarganya.