Ibu-ibu Parepare Jadi Motor Ekonomi Baru

PORTAL — Yayasan Lembaga Pengkajian Pengembangan Ekonomi dan Masyarakat (YLP2EM) berkolaborasi dengan Yayasan BaKTI meluncurkan program pembentukan unit usaha khusus untuk kelompok marginal yang tersebar di lima kelurahan di Kota Parepare.

Program yang menghadirkan berbagai narasumber strategis ini melibatkan Kepala Disnaker Parepare Basuki Busrah, Direktur YLP2EM Ibrahim Fattah, perwakilan Rumah BUMN, para Lurah, enumerator pendata, Kelompok Konstituen (KK), serta pelaku UKM setempat.

*Dukung Program Walikota, YLP2EM Ciptakan Pengusaha Baru*

Direktur YLP2EM Ibrahim Fattah menegaskan bahwa kegiatan ini merupakan manifestasi kontribusi nyata organisasinya melalui program inklusi yang mendukung prioritas pemerintah daerah.

“Ini bentuk kontribusi kita terhadap program Parepare Keren Walikota dalam mencetak 1.000 pengusaha baru di Kota Parepare,” ujar Ibrahim Fattah, Selasa (17/06/2025).

Ia menjelaskan bahwa pada tahun 2024, YLP2EM telah memfasilitasi 10 unit usaha Kelompok Konstituen. Memasuki 2025, organisasi kembali melakukan pemetaan ulang dan pembentukan unit usaha baru di lima KK.

Kepala Disnaker Kota Parepare Basuki Busrah mengungkap fenomena menarik dalam program ini, di mana mayoritas peserta adalah perempuan.

“Yang menarik ini adalah pesertanya selalu ibu-ibu. Kenapa begitu? Karena perempuan itu bisa melakukan segala hal dalam setiap waktu. Ibu-ibu adalah pusat pertumbuhan ekonomi,” terang Basuki.

Kesempatan itu, Basuki memberikan materi bisnis melalui pendekatan canvas yang menekankan pentingnya kesadaran brand terhadap konsumen. Menurutnya, brand menjadi elemen krusial untuk produk yang akan ditawarkan kepada masyarakat.

“Sampah akan memiliki nilai jika kita bisa menempatkannya. Artinya, targeting menentukan kemasan sesuai dengan kebutuhan atau keinginan pelanggan,” jelasnya menggunakan analogi yang mudah dipahami.

Basuki juga menekankan pentingnya segmentasi pelanggan untuk mengubah paradigma bisnis, serta pemanfaatan berbagai channel promosi, terutama media sosial, untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Salah satu highlight dalam materi adalah pembagian strategi pengelolaan modal dengan metode 40-40-20. Menurut Basuki, 40 persen modal awal dialokasikan untuk promosi produk, 40 persen kedua digunakan setelah evaluasi agar produk lebih diterima masyarakat, sedangkan 20 persen sisanya disiapkan sebagai antisipasi turbulensi bisnis.

Kepala Disnaker ini juga menyarankan agar tempat produksi dipisahkan dari rumah tinggal untuk menjaga profesionalitas usaha.

Program ini diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pemberdayaan ekonomi kelompok marginal di Parepare, sekaligus mendukung target pemerintah daerah dalam mencetak wirausaha baru.