Dari 252 Difabel di Parepare, hanya 7 yang Lakukan Konseling Ketenagakerjaan

PORTAL — Unit Layanan Disabilitas (ULD) Ketenagakerjaan Kota Parepare mencatat dari lebih 252 penyandang disabilitas kategori angkatan kerja yang terdata, hanya 7 orang yang datang melakukan konseling di desk layanan ketenagakerjaan Mall Pelayanan Publik (MPP).

Fakta ini terungkap dalam kegiatan Penguatan dan Monitoring ULD Ketenagakerjaan yang diselenggarakan LP2EM Parepare bersama Yayasan BaKTI melalui Program INKLUSI, Kamis (28/8/2025), di salah satu cafe lokal.

Kepala Bidang Penempatan dan Pelatihan Ketenagakerjaan Disnaker Parepare, La Ode Arwah Rahman, yang membawakan materi dalam kegiatan tersebut, menyebut rendahnya angka partisipasi disebabkan beberapa faktor, antara lain keterbatasan informasi, dan kendala psikologis yaitu kepercayaan diri sebagian difabel untuk mencari kerja.

“Padahal konseling ini penting untuk memetakan minat, keterampilan, serta peluang kerja bagi penyandang disabilitas. Tapi dari ratusan data yang kita punya, hanya 7 orang yang hadir, dan sebagian besar memilih usaha mandiri ketimbang masuk kerja formal,” ujarnya.

Menurut La Ode, kegiatan konseling tersebut merupakan bagian dari salah satu poin yg direkomendasikan oleh Program Mampu Bakti pada kegiatan monitoring ULD ketenagakerjaan sebelumnya.

Ia berharap, para penyandang disabilitas memanfaatkan layanan tersebut, sehingga Disnaker Parepare bisa mempromosikan mereke sesuai kompetensi ke dunia kerja.

Dalam kegiatan yang dipandu moderator Abd. Muin dan Abd. Samad itu, terungkap pula beberapa kisah unik. Misalnya, Ibu Fitri yang berminat di bidang kuliner namun terkendala kesepakatan gaji; Ibu Rani dengan keterampilan menjahit yang lebih memilih membuka usaha sendiri; hingga beberapa difabel tuna rungu, yang berhasil ditempatkan di sektor retail.

Direktur YLP2EM Parepare, Ibrahim Fattah, yang membuka kegiatan, menekankan perlunya strategi baru agar layanan ULD benar-benar diakses oleh difabel. “Data ada, layanan ada, tapi kalau partisipasi masih rendah, maka perlu inovasi pendekatan. Sosialisasi harus lebih dekat dengan komunitas,” tegasnya.

Kegiatan ini dihadiri perwakilan organisasi penyandang disabilitas, paguyuban difabel, perwakilan perusahaan, serta HIPMI Parepare. Forum ini menghasilkan rekomendasi perlunya sosialisasi lebih luas, peningkatan jejaring dengan dunia usaha, dan dorongan wirausaha sebagai alternatif bagi difabel yang tidak terserap kerja formal.