“Pemberian makanan tambahan dilakukan secara langsung di rumah gizi untuk 80-90 persen sasaran sehingga dapat diobservasi langsung oleh tim yang terdiri dari Tenaga Pendamping Gizi (TPG), PKK, dan kader PKK. Sisanya 10-20 persen dipantau melalui wawancara,” tambah Kasna.
Untuk balita yang masuk kategori red flag berdasarkan hasil pengukuran dan evaluasi dokter pendamping, lanjut dia, dilakukan rujukan ke rumah sakit guna memastikan apakah memerlukan Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK) atau tindakan medis lanjutan.
“Seluruh balita dalam program ini juga mendapat suplemen taburia, sementara ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronik diberikan tambahan protein,” ungkapnya.
Berdasarkan evaluasi status gizi, beberapa kelurahan menunjukkan pencapaian luar biasa.
Berat Badan berdasarkan Umur (BB/U), tertinggi Kelurahan Lapadde dan Kampung Pisang dengan 28 anak (93,3%), terendah Kelurahan Lompoe dengan 10 anak (33,3%).
Tinggi Badan berdasarkan Umur (TB/U), tertinggi Kelurahan Watang Bacukiki dan Bumi Harapan dengan 26 anak (86%), terendah Lompoe dengan 6 anak (20%).
Berat Badan berdasarkan Tinggi Badan (BB/TB), tertinggi Kelurahan Watang Soreang, Ujung Bulu, dan Sumpang Minangae mencapai 100% (30 anak), terendah Ujung Baru dengan 21 anak (70%).