Kisah Semangat Perempuan Wirausaha Parepare

Siangnya, Pak Hendrawijaya dari Rumah BUMN mengajarkan tentang Business Plan. Peserta diajak menyelami bahwa bisnis butuh peta jalan, bukan sekadar jalan di tempat. Tak lupa, Pak Yadi Arodhiskara menutup hari pertama dengan materi Etika Bisnis dan Analisis SWOT. Peserta pulang dengan “oleh-oleh” berupa worksheet untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan usaha mereka di rumah.

Hari Kedua: Meracik Strategi, Menyusun Mimpi
Kamis, 27 November 2025, peserta kembali dengan energi yang tak kalah besar. Hari kedua adalah hari berkarya. Setelah mereview pelajaran kemarin, Pak Yadi langsung membimbing peserta masuk ke teknis penyusunan proposal.

Mereka belajar meruntutan ide: mulai dari cover yang menarik, kata pengantar, hingga bagian yang paling sering membuat pusing: Rencana Keuangan. Di sini, ketakutan akan angka-angka perlahan sirna. Peserta diajarkan cara sederhana menghitung modal, biaya operasional, hingga memprediksi keuntungan agar usaha mereka terlihat layak di mata investor.

Puncaknya adalah saat kelompok mempresentasikan proposal usahanya. Ruangan riuh oleh tepuk tangan. Lima kelompok tampil bergantian:
• Kelompok Abon Ikan & Bajabu,
• Kelompok Snack Kacang,
• Kelompok Kerupuk Basreng,
• Kelompok Bumbu Dapur, dan
• Kelompok Kopi Rempah.
Meskipun sederhana, mereka berani memaparkan ide bisnis dan hitungan keuangannya di depan umum. Rasa percaya diri mulai tumbuh.

Sebuah Awal Baru “Lahirnya PERWIRA”
Pelatihan ini tidak berakhir hanya dengan penutupan seremonial. Di penghujung acara dan difasilitasi oleh Pak Yadi, sebuah komitmen besar lahir. Para peserta sepakat membentuk komunitas bernama “Perempuan Wirausaha Parepare” (PERWIRA) sebagai wadah saling dukung.
Tak hanya itu, YLP2EM berjanji menyediakan outlet di kantor mereka sebagai tempat memajang produk-produk hebat ini, serta mengadakan kelas literasi usaha rutin setiap bulan.

Saat Bapak Ibrahim Fattah, Direktur YLP2EM, menutup acara sore itu, wajah-wajah lelah para peserta telah berganti menjadi wajah penuh optimisme. Mereka kini tidak lagi bingung bagaimana mencari modal; mereka pulang dengan proposal di tangan dan rencana besar di kepala.