Parepare, Portal — Yayasan Lembaga Pemberdayaan Pembangunan Ekonomi Masyarakat (YLP2EM) sebagai mitra Yayasan BaKTI dalam program inklusi menggelar pelatihan penguatan Kelompok Konstituen (KK) di Sekretariat KK Masagenae, Lumpue, Parepare, Selasa (6/2/2025).
Pelatihan ini fokus pada penerapan bioteknologi untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari.
Koordinator Program Inklusi, Abd. Samad Syam mengatakan pelatihan ini ditujukan untuk KK Champion yang terpilih sebagai fasilitator perubahan iklim.
“Kami ingin masyarakat memahami dampak perubahan iklim dan cara mencegahnya agar tidak mengganggu aktivitas pencarian nafkah sehari-hari,” ujarnya.
Program ini merupakan bagian dari upaya berkelanjutan YLP2EM dan BaKTI dalam mendorong partisipasi masyarakat untuk menghadapi tantangan perubahan iklim. Selain isu lingkungan, program ini juga mencakup penguatan layanan komunitas terkait kekerasan, perlindungan sosial, dan advokasi kebijakan partisipasi politik.
“Kami berharap para peserta tidak hanya memahami materi yang disampaikan, tetapi juga bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dan membagikan pengetahuan ini kepada masyarakat luas,” tutup Samad.
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Parepare, Iradhatullah Rahim, menjelaskan secara komprehensif tentang dampak perubahan iklim terhadap kehidupan sehari-hari.
Ia memaparkan empat dampak utama yang perlu diwaspadai, yaitu peningkatan suhu udara, cuaca ekstrim dan bencana alam, kenaikan harga bahan pangan, serta meningkatnya risiko penyebaran penyakit.
“Perubahan iklim bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga berdampak langsung pada ekonomi rumah tangga. Misalnya, ketika suhu meningkat, kebutuhan listrik dan air juga meningkat, belum lagi risiko gagal panen yang bisa menyebabkan kenaikan harga pangan,” jelas Iradhatullah.
Dalam materinya, Iradhatullah memperkenalkan berbagai solusi praktis berbasis bioteknologi yang dapat diterapkan di rumah tangga. Salah satu yang diajarkan adalah pembuatan kompos dari limbah dapur dengan menggunakan bioaktivator.
Peserta diajarkan cara membuat bioaktivator dari bahan-bahan sederhana seperti kulit buah, sisa sayuran, dan air cucian beras.
“Bioaktivator ini berfungsi mempercepat proses pengomposan. Selain mengurangi sampah organik, kompos yang dihasilkan juga bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman di pekarangan rumah,” tambahnya.
Iradhatullah juga memperkenalkan inovasi eco-enzyme, yaitu cairan hasil fermentasi limbah dapur yang bisa digunakan sebagai pembersih serbaguna.
“Eco-enzyme ini bisa menggantikan pembersih kimia yang biasa digunakan di rumah tangga. Selain lebih ramah lingkungan, pembuatannya juga memanfaatkan limbah yang biasanya dibuang,” terang Rahim.
Program ini secara khusus menyasar ibu-ibu sebagai agen perubahan dalam menjaga lingkungan, sehingga perlu dibekali pengetahuan praktis tentang cara mengurangi sampah rumah tangga, menghemat energi dan air, memilih produk ramah lingkungan, serta menanam dan menghijaukan lingkungan.
“Ibu-ibu memiliki peran strategis karena mereka yang mengelola rumah tangga sehari-hari. Dengan pemahaman yang baik tentang dampak perubahan iklim dan cara mengatasinya, mereka bisa membuat perubahan nyata dimulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga,” ungkap Iradhatullah.