RS dr. Hasri Ainun Habibie Deklarasikan Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak

Parepare, Portal — Rumah Sakit dr. Hasri Ainun Habibie Kota Parepare mengadakan acara sosialisasi dan deklarasi untuk mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Acara tersebut secara resmi dibuka oleh Direktur Rumah Sakit, dr. Mahyuddin Rasyid, dan dihadiri oleh staf, karyawan, dan manajemen, pada Selasa (01/10/2024).

Tiga pembicara hadir dalam acara tersebut: Meisy Papayungan, Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) DP3ADALDUKKB Sulawesi Selatan; Arni Yonathan, Aktivis Perempuan; dan Aiptu Dewi Natalia Noya, Kanit PPA Polres Parepare.

dr. Mahyuddin menekankan pentingnya inisiatif ini. “Kegiatan ini sangat penting mengingat rumah sakit kita yang sudah berjalan tahun ketiga ini akan menjadi pusat rujukan untuk berbagai penyakit di wilayah Utara Sulawesi Selatan, terutama untuk kasus jantung dan lainnya.”

Rumah sakit berkomitmen untuk menjadi ramah perempuan dan anak. Beberapa implementasi meliputi:

1. Kamar operasi ramah perempuan
2. Ruang IGD terpisah untuk persalinan dan kasus umum
3. Pojok laktasi
4. Taman bermain anak
5. Fasilitas inovatif lainnya

Meisy Papayungan, salah satu pembicara, menyatakan kebanggaannya atas inisiatif rumah sakit. “Ini adalah pertama kalinya di Sulawesi Selatan ada rumah sakit yang berinisiatif sendiri untuk membangun mekanisme pencegahan dan penanganan kekerasan, termasuk perlindungan bagi staf maupun masyarakat umum yang menggunakan layanan rumah sakit,” ujarnya.

Menurut data dari Sistem Informasi Kekerasan Perempuan dan Anak, sekitar 1.500 kasus dilaporkan melalui aplikasi Simfoni Provinsi Sulawesi Selatan tahun lalu. Data tahun ini, meskipun belum lengkap, menunjukkan sekitar 600-700 kasus tercatat. Ini mencakup berbagai bentuk kekerasan, dengan kekerasan seksual terhadap anak menjadi isu dominan.

Rumah sakit bertujuan untuk menjadi contoh bagi semua rumah sakit daerah di seluruh Sulawesi Selatan dalam menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien dan staf. Inisiatif ini dipandang sebagai langkah strategis untuk mengedukasi staf internal dan membangun mekanisme untuk mencegah dan menangani potensi insiden kekerasan.