Menerjang Medan Ekstrem Demi Antar Energi ke Pelosok Desa

Portal — Di balik roda besar mobil tangki, tersimpan kisah-kisah heroik tentang perjuangan membawa energi hingga ke pelosok negeri, menjadi tulang punggung tak terlihat bagi kehidupan masyarakat di wilayah terpencil Sulawesi, guna memastikan kehidupan dan pembangunan tetap bisa berjalan.

Penulis: Andi Fardi

Yasmin Syamsudin, seorang Awak Mobil Tangki (AMT) berusia 40 tahun dari Fuel Terminal Parepare, telah menjalani profesi penuh tantangan ini sejak tahun 2005.

Dengan pengalaman hampir dua dekade, Yasmin telah menjadi saksi perubahan signifikan dalam distribusi BBM ke daerah-daerah terpencil.

Kondisi jalan saat pengantaran

Salah satu rute tersulit yang dilalui Yasmin adalah jalur Mamasa, mencakup SPBU Sumarorong, Malabo, Mambi, dan Lambanan.

“Rute ini adalah yang paling berisiko, jalan rusak parah, pendakian dan turunan ekstrem, ditambah rute sempit dengan tebing curam tanpa pembatas,” ungkap Yasmin.

SPBU Lambanan menjadi destinasi terjauh dengan tantangan terberat dan simbol perjuangan Yasmin dan rekannya. Terletak sekitar 200 km dari Parepare, perjalanan ke sana bukan sekadar menempuh jarak, tapi juga melawan alam.

Mobil tangki saat pengisian di SPBU Mamasa

“Bayangkan mengemudikan truk bermuatan berat di atas jalan yang lebih mirip kubangan lumpur. Setiap gerakan harus diperhitungkan. Satu kesalahan bisa berakibat fatal,” kata pria tiga anak ini.

Tidak hanya itu, melewati jalur pendakian dan turunan ekstrem juga menguras lebih banyak tenaga, ditambah jalan sempit dengan tebing curam, serta ancaman bencana alam yang datang tiba-tiba.

“Di satu sisi ada tebing, di sisi lain jurang dalam tanpa pembatas. Lebar jalan kadang hanya cukup untuk satu kendaraan,” ujar Yasmin, menggambarkan betapa menegangkannya situasi tersebut.

Mobil tangki saat pengantaran ke wilayah Mamasa

“Bahkan di musim hujan menjadi momok bagi pengemudi, dimana longsor bisa terjadi kapan saja, memblokir jalan atau bahkan mengancam keselamatan kami,” tambahnya.

Meski begitu, Yasmin dan rekannya tetap melakukan 4 trip pengantaran ke jalur Mamasa setiap minggunya. “Ini bukan sekadar pekerjaan, tapi tanggung jawab. Kami tahu, tanpa BBM ini, kehidupan di desa-desa terpencil akan lumpuh,” pungkas putra kelahiran Parepare ini.